Buku

Time Boxing: Saat Saya Menemukan Cara untuk Fokus Lagi

Cerita #01

Ada satu hal yang akhir-akhir ini mengganggu saya: saya merasa kehilangan kemampuan untuk fokus.

Dulu, saya bisa duduk sejam penuh membaca buku tanpa terdistraksi. Sekarang, baru lima menit membuka halaman pertama saja, tangan saya sudah gelisah… seperti ada magnet yang menariknya kembali ke layar ponsel.

Setiap kali mencoba membaca, ada rasa gelisah yang sulit dijelaskan. Bukan karena bukunya membosankan—tapi karena pikiran saya terus bertanya, “Apa yang sedang terjadi di Instagram? Ada notifikasi baru nggak ya?”

Akhirnya saya sadar: bukan bukunya yang berubah. Saya yang berubah.

Di tengah rasa bingung itu, saya menemukan sebuah buku tentang time boxing. Judulnya sederhana, cover-nya pun biasa saja, tapi ada satu kalimat yang menampar saya:

Fokus pada satu hal saja

Entah kenapa, kalimat itu seperti bicara langsung ke kegelisahan saya.

Biasanya, sebelum membeli buku, saya lihat review dulu. Tapi kali ini berbeda. Saya ambil bukunya begitu saja, seolah ada bagian dari diri saya yang berkata: “Kamu butuh ini”


Saat Saya Menyadari Ada Yang Salah

Di rumah, saya membuka bab demi bab, Ada perasaan campur aduk antara harapan dan cemas.

“Apakah metode ini bisa bantu saya?” “Atau saya cuma buang-buang waktu lagi?”

Tapi semakin saya membaca, semakin saya mengangguk.

Konsepnya sederhana: kamu tidak perlu memblok waktu untuk banyak aktivitas sekaligus. Kamu hanya perlu menentukan durasi untuk satu tugas kecil, lalu mengeksekusinya.

  • Tidak perlu sempurna
  • Tidak perlu panjang
  • Yang penting: hadir sepenuhnya

Jujur, bagian ini membuat saya terdiam. Karena selama ini, saya terus menekan diri untuk fokus seperti dulu—tanpa menerima kenyataan bahwa kehidupan saya sudah berubah.


Gangguan Itu Normal

Di bagian akhir bukunya ada satu kalimat yang seperti mengangkat beban besar dari pundak saya intinya

Gangguan adalah bagian dari hidup, dan bagian dari time boxing.

Saat saya membaca itu, entah kenapa ada rasa lega yang sangat nyata. Selama ini saya mengira saya gagal setiap kali ada satu blok waktu yang terlewat. Saya merasa tidak disiplin. Tidak serius. Atau bahkan tidak punya tekad.

Padahal…
mungkin saya hanya terlalu keras pada diri sendiri


Saat Saya Mencoba Time Boxing untuk Pertama Kalinya

Pagi itu, saya membuat kotak-kotak kecil di google kalender.

  • 06.00-06.15 membuat kopi
  • 06.15-06.45 menghafal 1 ayat Al-Quran
  • 07.00-07.30 sarapan
    Dan seterusnya…

Tidak muluk-muluk.
Tidak berusaha sempurna

Hanya mencoba hadir.

Dan ternyata… rasanya berbeda.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, saya merasa kembali memegang kendali atas perhatian saya.

Bukan karena semua berjalan sesuai rencana, tapi karena saya berhenti menyalahkan diri ketika tidak sempurna.

Ada sesi yang terlewat. Ada gangguan yang datang. Ada hal mendadak yang muncul. Tapi kali ini, saya tidak merasa hancur.

Saya hanya berkata dalam hati:
“Oke. Ini bagian dari hidup. Kita lanjut lagi.”


Satu Hal yang Saya Pelajari

Sekarang, saya membuat jadwal kecil dari bangun tidur sampai tidur lagi. Memang, tidak selalu mulus, tapi jauh lebih tenang.

Rasanya seperti hidup saya kembali punya ritme. Saya tidak perlu bingung lagi tentang apa yang harus dilakukan. Saya tinggal melihat kalender, dan memulai.

Dan mungkin… inilah hal yang sebensarnya saya cari selama ini:

Bukan fokus yang sempurna, tapi cara untuk kembali hadir dalam hidup saya sendiri.

Show More

Bang Andri

Saya menjalankan usaha, membuat konten, dan suka menulis tentang apa yang saya pelajari di tengah perjalanan itu. Blog ini adalah tempat saya merangkum pengalaman, pemikiran, dan cerita sederhana dari hidup sehari-hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button